Selasa, 02 April 2013

Saya dan RA

assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh..

3 april..
mau senang apa sedih ya...

ga dua-duanya deh.

hari ini sebenarnya adalah hari ulang tahun saya. hmmm... tambah usia berarti tambah tua ya.
jujur saja, saya ga ingin bertambah tua. Tapi, apa daya saya melawan takdir. Ya sudahlah, jalani saja.

Kalau postingan yang lalu tentang apa itu RA, postingan sekarang saya mau bercerita tentang pengalaman pribadi saya (tentu saja tentang RA juga). :)


Sebelumnya saya pernah menuliskan kalau saya penderita RA. Yup,sampai sekarang pun masih. hehehe...
Saya baru mengetahui tentang RA yang saya derita sekitar 1 tahun ini. Kalau merasakan sakitnya sih sudah 3 tahun lebih. RA sendiri masih agak sulit untuk dideteksi dini dan mungkin (ini pendapat pribadi saya saja lho ya..) masih agak susah menemukan dokter spesialis RA.

Awalnya, saya sakit hepatitis. liver saya bengkak, kadar bilirubin mencapai angka 22 (fantastis). Saya dirawat di Rumah Sakit selama 1 bulan dan yang aneh adalah tidak diketahui virus hepatitis apa yang menyerang saya. Hingga akhirnya, dokter menduga sakit saya ini karena autoimun (sel-sel imun menyerang sel-sel sehat dalam tubuh).

Setelah beberapa bulan saya merasa sehat, suatu pagi ketika saya bangun tidur, seperti biasa saya bangun dan langsung berdiri. Tapi pagi itu tiba-tiba saja kaki saya (bagian tumit atas) terasa sakit hingga tidak mampu menopang tubuh saya. Saya terduduk sesaat, mencoba menenangkan diri. Kemudian saya mencoba untuk berdiri perlahan. Oke, berhasil.

Saya mencoba berjalan tapi masih terasa sakit. Saya berjalan perlahan hingga akhirnya rasa sakit itu hilang dan saya bisa berjalan seperti biasa. Untuk beberapa lama saya tidak menghiraukan rasa sakit itu. Hingga akhirnya saya merasa itu mulai mengganggu aktivitas saya.

Rasa sakitnya kemudian seperti menjalar ke lutut. Saya merasa tersiksa ketika saya harus duduk di  tempat duduk yang rendah dimana lutut saya harus menekuk. Bahkan ketika saya melaksanakan sholat. Sakitnya luar biasa. Tulang di lutut saya serasa patah dan patahan tulangnya serasa keluar menembus kulit.

Sakitnya menjalar lagi ke pergelangan tangan. Pergelangan tangan saya mulai membengkak. Pergelangan tangan saya semakin lama semakin tidak dapat saya tekuk ke bawah, hanya bisa saya gerakkan menekuk ke atas dan lurus. Mulai saat itu, aktivitas fisik saya menjadi sangat terbatas. Saya menjadi tidak punya tenaga, mudah lelah, dan berat badan menurun. Seringkali badan saya demam menggigil (kalau menurut hasil lab LED saya tinggi jadi saya sering demam karena ada infeksi dalam tubuh saya).

Sebenarnya, selama sakit yang saya rasakan di atas, saya sudah berkonsultasi kepada dokter internis. Hanya saja diagnosanya hanya sebatas penyakit rematik, belum spesifik. Tidak hanya dokter, saya juga mencoba pegobatan alternatif pijat. Tapi hasilnya tidak kunjung nyata (maksudnya saya masih tidak kunjung sembuh).

Untuk beberapa saat saya pernah merasa sehat setelah dokter memberikan obat. Berat badan saya kembali normal tapi itu tidak berjalan lama. Rasa sakitnya kembali. Kali ini lebih parah. Saya sudah tidak bisa sholat seperti biasa, saya melakukannya dengan duduk.Saya memutuskan untuk berhenti meminum obat-obat dokter.

Saya mencoba beralih ke obat herbal. Sebenarnya yang saya minum ini bukan obat tapi minumam kesehatan dari ektrak Noni (mengkudu / pace) yang punya fungsi memperbarui sel-sel yang rusak. Menurut distributornya, minumam ini juga bisa diminum untuk penderita rematik. Hanya, setelah minum ini beberapa lama akan ada detoks. Detoks bisa dalam berbagai macam seperti diare, pusing, atau penyakit seakan bertambah parah.

Alhamdulilah, saya kebagian detoks yang penyakit seakan bertambah parah. Seluruh badan saya sakit hingga saya tidak bisa bangun dari tempat tidur selama hampir 1 bulan. Saya seperti bayi yang tidak bisa melakukan apapun.

Mental saya seperti sedang diuji. Saya merasa sangat sedih ketika itu. Merasa sangat ingin segalanya berakhir saja. Saya mulai merasa ingin menyerah saja. Rasa sakit dan ketidakberdayaan saya membuat saya tidak ingin menjalani kehidupan ini lebih lama lagi.

Tapi, setiap kali rasa sedih itu datang, setiap kali itu juga Bapak mengingatkan "Jangan nangis. Banyak istighfar. Harus sehat."
Awalnya, saya merasa tertekan karena seakan-akan Bapak tidak bisa mengerti penderitaan saya. Tapi, akhirnya saya menyadari. Bapak dan Ibu sebenarnya sama menderitanya dengan saya. Hanya saja, mereka jauh lebih optimis karena mereka sudah pasti tidak akan menyerah untuk menyembuhkan dan menyelamatkan anaknya.

Teman-teman, saudara-saudara dan keluarga besar saya pun juga ikut memberi saya support. Mereka datang menghibur dan menyemangati saya.

Saya berangsur-angsur merasa baik. Saya mulai belajar bangun sendiri, berjalan ke kamar mandi sendiri walau masih tetap membutuhkan bantuan Ibu untuk membersihkan diri ketika saya harus mandi atau buang air. Waktu itu saya masih belum sanggup mengangkat gayung sendiri. Bahkan, untuk berganti pakaian saya masih memerlukan bantuan orang lain.

Dari minuman herbal yang saya konsumsi, Ibu menemukan seorang dokter yang juga termasuk dalam asosiasi alergi dan imunologi. Namanya dr. Harsoyo. Beliau praktik di RS Roemani sebagai dokter anak. Setelah berkonsultasi dengan beliau, beliau menyarankan untuk dilakukan observasi. Hasil cek laboratorium menyatakan kalau saya tidak menderita lupus melainkan rheumatoid arthritis.

Setelah diketahui hasilnya, saya dialihkan kepada dr. Sudarsono, dokter internis dengan superspesialisnya rheumotologi. Sampai saat ini saya masih menjalani pengobatan dengan dr. Sudarsono. Kondisi saya sudah mulai kuat dan dapat beraktivitas hampir sama seperti dulu. Saya yang dulu kehilangan hampir 18kg berat badan saya, sekarang sudah kembali normal.

Keterlambatan penanganan yang tepat membuat kondisi fisik saya sudah tidak senormal dulu. Seperti yang sudah diketahui bahwa RA menyerang sendi-sendi kecil pada jari-jari tangan atau kaki hingga dapat menyebabkan disfungsi sendi. Hal itu sudah terjadi pada saya. Jari-jari tangan saya sudah mengalami disfungsi sehingga tidak bisa berfungsi seperti dulu.

Sebenarnya saya ingin menampilkan gambar kerusakan sendi yang bisa diakibatkan oleh penyakit RA tapi saya sendiri tidak berani melihatnya. hehehe... Silakan browsing sendiri lah gambarnya ya..

Dari kesemua hal yang sudah saya sampaikan di atas. Saya masih tetap harus bersyukur. Keterbatasan fisik saya ternyata tidak mengganggu aktivitas saya. Saya masih bisa menulis, mengetik, bahkan naik motor sendiri pun sekarang saya bisa. Alhamdulillahi robbil alamin...

Untuk pembaca, "Jangan pernah menyerah melawan penyakit karena di samping kalian ada banyak orang yang mencintai kalian yang mengharapkan kesembuhan dan kesehatan kalian"

Apa itu RA??

tulisan ini saya ambil dari sebuah artikel di surat kabar Suara Merdeka yang ditulis oleh Irma Mutiara Manggia pada tanggal 31 Maret 2013.
saya tertarik menulisnya kembali dalam blog saya karena saya adalah pengidap Rheumatoid Arthritis (RA). walaupun agak terlambat saya mengetahuinya, tapi artikel ini tetap bermanfaat bagi saya.
Sekarang saya ingin membagikannya ke semua orang dengan harapan seseorang di luar sana, entah siapapun itu, yang mungkin mengidap penyakit ini bisa segera mendapat pertolongan.


Rheumatoid Arthritis
Bukan Sekedar Nyeri



penyakit autoimun memang unik. Sistem imun yang harusnya 'melawan' sel-sel asing atau dari luar yang mengancam tubuh, justru balik menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. jika Anda mengalami nyeri, radang, atau pembengkakan pada sendi-sendi jari tangan atau kaki, bisa jadi Anda mengalami Rheumatoid Arthritis.

RA merupakan penyakit autoimun yang menyerang sendi sehingga sendi mengalami peradangan. Arthritis itu sendiri merupakan sekumpulan gangguan muskuloskeletal, dengan lebih dari 100 jenis penyakit merusak sendi, tulang, otot, tulang rawan, dan jaringan ikt lainnya, yang menghambat atau menghentikan gerakan fisik.
Karena RA merupakan penyakit autoimun, penyebab penyakit ini tidak jelas. Menurut dr. Jimmy Hartono EBH, Sp.S, ahli saraf RS dr. Kariadi Semarang, penyebabnya biasanya karena lingkungan (misalnya cuaca) dan genetik. Faktor lingkungan pun terkadang tak terlalu sesuai. Misal, seseorang yang lingkungan rumahnya bagus (dengan tingkat kelembaban yang pas/sehat), masih bisa terserang RA, dengan gejala sendi-sendinya sakit.

Secara gender, RA lebih banyak menyerang wanita, sebanyak 70% , dugaannya karena hormon, dan respon tubuh terhadap stres, seperti trauma fisik atau emosional. Kebiasaan buruk seperti menggeretakkan jari dengan tujuan 'melemaskan', juga bisa memicu terjadinya RA.

Sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel sehat atau organ-organ tubuhnya sendiri, khususnya sinovium (selaput tipis yang melapisi sendi), menyebabkan cairan menumpuk dalam sendi. Akhirnya, terjadi nyeri dan peradangan secara menyeluruh, dan ini bisa terjadi pada seluruh tubuh.

Gejala
Anda mungkin boleh curiga apakah Anda terserang RA jika mengalami radang, panas atau hangat ketika disentuh, bengkak, nyeri, atau terdapat ruam merah pada daerah sendi kecil. karena, RA menyerang sendi-sendi kecil seperti jari-jari tangan atau kaki.

Penyakit Kronis
dr. Jimmy memaparkan, bahwa RA adalah simetris. Artinya, jika salah satu sisi tubuh terkena, maka sendi lain yang sejenis juga ikut kena. Karena ini merupakan peradangan sistemik (secara menyeluruh), penderita berkemungkinan mengalami lelah, dan bisa menjadi anemia, hilang nafsu makan, atau demam ringan.
RA mungkin penyakit kronis atau menahun, dan bersifat kambuhan. Dalam jangka panjang, RA 'mengganggu' berbagai sendi, dan menyebabkan erosi pada tulang rawan, tendon, ligamen, dan bahkan bisa kehilangan ujun tulang. Otomatis, pada akhirnya tidak bisa berfungsi (atrofi).

Beberapa orang yang menderita RA, penyakitnya berkembang menjadi nodul rheumatoid, yakni benjolan jaringan yang terbentuk di bawah kulit. Biasanya terdapat pada daerah tulang yang sering terkena tekanan seperti siku.

Namun, nodul rheumatoid ini juga bisa ditemui di bagian tubuh lain, seperti jari-jari, bagian atas tulang belakang, atau tumit. Karena bersifat kronis, dalam jangka panjang, RA akan menyerang organ-organ lain, dalam artian, semua organ dalam tubuh. Bisa menyerang paru-paru, ginjal, atau organ-organ penting lainnya.
Karena RA tidak bisa disembuhkan, pengobatan yang dilakukan hanya bersifat dua macam; pertama, mencegah supaya penyakit tidak bertambah parah misalnya, disease modified anti rheumatoid drugs dan agen biologis. Kedua, meringankan gejala serta mengurangi peradangan, misalnya, nonsteroidal anti -inflammatory drugs dan kortikosteroid. Beberapa obat-obatan tersebut mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, atau memiliki efek samping. Maka, pemantauan secara cermat sangat penting dilakukan.

Anda perlu mengetahui beberapa kondisi medis lain yang menyerupai RA. yakni. encok (yang melibatkan sendi tertentu seperti tumit dan lutut), osteoarthritis, lupus eritematosus (dibedakan dari gejala klinis dan tes darah), salah satu dari beberapa jenis arthritis psoriatis (perubahan kuku dan gejala kulit), penyakit lyme (dibedakan berdasarkan tes darah), reaktif arthritis (asimetris melibatkan tumit, sendi sacroiliaca, dan sendi besar kaki), dan ankylosing spondylitis (melibatkan tulang belakang).

Sebuah berita terbaru menyebutkan, bahwa diet vegan bisa mengurangi RA. Ini dialami pria 57 tahun, yang (dikatakan) telah menderita RA selama 30 tahun.
dr. Jimmy menjelaskan, bahwa diet vegan tidak ada hubungannya dengan RA. Diet vegan merupakan diet rendah purin karena menghindari daging. Ini tidak ada hubungannya dengan RA. Kecuali, orang yang menderita arthritis pseudogout, atau asam urat, diet vegan memang berpengaruh.

Pada RA, beragam sendi-sendi biasanya meradang dalam satu pola yang simetris (kedua sisi tubuh terpengaruh). Sendi-sendi kecil dari kedua tangan-tangan, pergelangan-pergelangan tangan seringkali terlibat. pekerjaan-pekerjaan kehidupan harian yang mudah, seperti memutar tombol-tombol pintu dan membuka botol-botol dapat menjadi sulit selama flare-flare. Sendi-sendi kecil dari kaki juga biasanya terlibat. Adakalanya, hanya satu sendi yang meradang. Ketika hanya satu sendi yang terlibat, arthritis dapat meniru peradangan sendi yang disebabkan oleh bentuk-bentuk arthritis lain, seperti gout atau infeksi sendi.

Peradangan kronis dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan-jaringan tubuh, tulang rawan (cartilage), dan tulang. Ini menjurus pada suatu kehilangan tulang rawan dan erosi dan kelemahan dari tulang-tulang dan begitu juga otot-otot, berakibat pada kelainan bentuk, kehancuran, dan kehilangan fungsi dari sendi.

Jarang, RA bahkan dapat mempengaruhi sendi yang bertanggung jawab pada pengencangan pita-pita suara kita untuk merubah nada suara kita, sendi cricoarytenoid. Ketika sendi ini meradang, ia dapat menyebabkan keparauan suara.

Rheumatoid suatu penyakit sistemik, peradangannya dapat mempengaruhi organ dan area tubuh lain daripada sendi. Peradangan kelenjar mata dan mulut bisa menyebabkan kekeringan di area ini dan dirujuk sebagai sindrom Sjogren.

Peradangan rheumatoid dari selaput paru (pleuritis) menyebabkan sakit dada dengan bernafas yang dalam atau batuk. Jaringan paru sendiri bisa juga meradang, dan adakalanya simpul peradangan (rheumatoid nodules) berkembang dalam paru-paru. Peradangan dari jaringan/selaput yang mengelilingi jantung (pericardium), disebut pericarditis, menyebabkan suatu sakit dada yang secara khas berubah dalam intensitas ketika berbaring atau bersandar ke depan.

Penyakit ini mengurangi jumlah sel darah merah (anemia) dan sel darah putih. Sel-sel putih yang berkurang dikaitkan dengan suatu pembesaran limpa (dirujuk sebagai sindrom Felty) dan dapat meningkatkan resiko infeksi.


itu tadi uraian mengenai RA. sekali lagi, ini BUKAN tulisan saya. saya mengambilnya dari sebuah artikel di surat kabar SUARA MERDEKA tanggal 31 Maret 2013 yang ditulis oleh Irma Mutiara Manggia.
semoga bermanfaat....